Perjalanan 2 Hari Demi Ikut UNBK, Mereka Juga Anak Indonesia
Selain itu, jaringan internet juga sangat sulit diakses. Meskipun pihak desa sudah menghidupkan mesin tower yang menggunakan genset, namun signalnya terkadang tidak muncul hingga sepekan lamanya.
“Kadang hanya buang-buang BBM (Bahan Bakar Minyak) saja, dihidupkan tapi tidak ada jaringannya. Apalagi BBM yang digunakan jenis solar dan harganya cukup tinggi sekitar Rp 20 ribu per liter,” jelasnya.
Untuk sampai ke Tanjung Selor, mereka membutuhkan waktu dua hari perjalanan. Bersama dengan rombongan, mereka berangkat pada Minggu (25/2), dari Desa Long Alango menuju Desa Long Paliran Kecamatan Pujungan, menggunakan perahu bermesin ketinting yang memakan waktu sekitar 5 jam.
Sebelum membawa anak-anak, pihak sekolah terlebih dulu melakukan sosialisasi dengan pemerintah desa maupun kecamatan, hingga diputuskan membawa anak-anak dengan bantuan dan dukungan dari semua pihak.
Modal untuk ke Tanjung Selor pun merupakan bantuan masyarakat maupun pemerintah desa dan kecamatan.
Mereka dimudahkan dengan gotong-royong masyarakat sekitar, dengan mendapatkan potongan harga.
Seperti harga menaiki longboat yang normalnya Rp 700 ribu hingga Rp 800 ribu per orang, tetapi hanya dikenakan Rp 6,5 juta untuk 11 orang pelajar dan 3 guru.
“Pengusaha juga mendukung jadi harganya dihitung rombongan saja, dan Alhamdulillah bantuan masyarakat juga banyak. Jadi semua aspek mendukung karena tidak bisa pakai dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) karena tidak ada juknisnya, jadi kami serba salah. Kalau tidak ada dukungan dari masyarakat, kami bisa menghabiskan dana sekitar Rp 40 juta karena pelajar kami, akan stay di Tanjung Selor sekitar 40 hari,” ungkapnya.