Perjuangan agar Dolly Tidak Kembali
Oleh Dahlan IskanPolisi tentu punya ilmu yang tinggi untuk tetap bisa menangkap perampok. Ada atau tidak ada tempat persembunyian.
Diskusi dengan aktivis Gang Dolly sore itu ternyata asyik sekali. Hampir dua jam. Saya relakan jatah waktu penulisan buku saya. Agar diskusi bisa lebih lama. Saya bisa meneruskan penulisan buku lain waktu.
Toh, buku itu kalaupun selesai ditulis belum tentu saya terbitkan sekarang. Isinya menyangkut orang-orang yang masih hidup yang mungkin kurang suka membaca isinya.
Tiga anak muda berkopiah itu ternyata kompak. Urunan kumpul-kumpul uang. Untuk membeli salah satu rumah bordil di Gang IV B Putat Jaya Timur.
Itulah salah satu gang yang dulunya padat dengan perdagangan pantat. Rumah ’’akuarium’’ wanita tersebut mereka ubah menjadi tempat belajar membaca Quran. Khusus untuk anak-anak.
Satu di antara tiga pemuda itu, Muhammad Rofiuddin, menjadi pengajar tetap. Rofi lulusan pesantren Al Amin Prenduan, Madura, yang terkenal itu. S-1-nya dia peroleh dari Unej, Jember. Rofi juga hafal Alquran.
Mohamad Nasih adalah ketuanya. Dia anak pedagang yang juga menjadi pedagang. Nasih punya toko pakaian di Jalan Jarak, sekitar 200 meter dari rumah bordil yang dibeli.
Toko itu sendiri berdwifungsi. Waktu sore dan malam, sebagian dagangannya disisihkan. Untuk tempat anak-anak belajar membaca Quran. Istri Nasih yang menjadi pengajarnya.