Perjuangan Muslimah Muda Australia Hentikan Kebencian terhadap Islam
Kebencian dari posting medsos
Rahila mengatakan, ia senang dengan bagaimana jalannya percakapan itu tetapi ketika kelompok tersebut kemudian mengunggah foto dirinya di halaman Facebook mereka dan menulis bahwa mereka telah "mendidik" Rahila, di situlah ia merasa marah.
"Saya benar-benar kecewa, benar-benar kecewa. Jumlah kebencian yang berasal dari pos itu, komentarnya benar-benar memilukan, beberapa dari mereka benar-benar mengancam, 'tunggu sampai ia ke luar dan jilbabnya dilepas' dan itu menghancurkan hati saya," ungkap perempuan ini.
Rahila mengatakan, ia menyesal menghadapi para pengunjuk rasa pada saat itu tapi ia akan melakukannya lagi jika ada kesempatan.
"Jika perlu, maka saya akan melakukannya. Jika saya merasa mereka perlu dididik lagi, maka saya akan melakukannya," sebutnya.
Rahila lahir di provinsi Uruzgan -yang dilanda perang -Afghanistan dan ketika ia berusia enam tahun, ia sempat menantang Taliban dengan berpakaian sebagai seorang anak laki-laki ketika pergi ke sekolah.
"Mereka punya hukuman yang benar-benar ketat untuk saya," ceritanya.
Ia menyambung, "Mereka mengatakan, ‘entah mereka harus menghabisi nyawa saya atau ayah saya harus mengirim saya ke suatu tempat di mana saya tak bisa kembali atau tak bisa melihat keluarga saya lagi sehingga saya lupa bahwa pendidikan juga untuk anak perempuan."