Perjuangan Pak Kades Temukan Mata Air, Bisikan Gaib Leluhur
Tetes-tetesnya dari atas tebing. Kastaman segera memanjat tebing tersebut. Tanpa tali, hanya berpegangan pada rumput. ”Ya, trekking, tapi pakai rumput,” tutur Kastaman.
Begitu sampai di atas, air ternyata berasal dari bongkahan batu padas berwarna merah. Mengalir dari celah-celahnya. Kastaman mengucap syukur dalam hati.
Dia lantas pulang, lalu mencari pipa besi ukuran sedang. Berangkat dan memanjat lagi ke puncak Gentong.
”Saya nggak mau beri tahu warga dulu, biar nanti kalau sudah benar-benar yakin,” katanya.
Kastaman yakin air bisa mengalir lebih deras. Sendirian, dia menggali dan melubangi batu padas dengan pipa tadi. Lantas, dia tusukkan ke lubang tempat air keluar.
Air tersebut mengalir jernih. Esoknya, baru dia beritakan kepada Kermat, warga Ngadas, dan Jetak. Tapi, sumber air baru itu terlalu jauh dari dua desa. Harus ada jaringan pipa.
Pembangunan pun dimulai. Para pemuda yang ahli memanjat tebing dikerahkan untuk membuat saluran di atas, lalu disambung ke bawah.
Membuat klip pengaman di sepanjang dinding tebing, terus ke bawah. ”Tapi, sebelum itu, masih ruwet lagi, izin dulu ke taman nasional segala macam,” katanya.