Permintaan Turun, Harga Lidah Buaya Anjlok
Rabu, 16 Mei 2012 – 11:22 WIB
Berbanding terbalik dengan sepuluh tahun lalu, daun lidah buaya yang beratnya mampu mencapai tujuh ons sampai satu kilogram dapat dipanen setiap hari, lalu dikirim ke pabrik pengelolaan dengan berat total mencapai satu hingga dua ton perhari. “Dulu lebih enak, kita panen setiap hari dan langsung dikirim ke pabrik. Tapi sekarang permintaan semakin berkurang, jadi panennya satu minggu satu kali itupun paling berat 600 kilogram,” ucap Alam.
Tidak hanya itu, jika dulu di tujuh hektar lahan digarap oleh sepuluh bahkan lebih petani. Tapi sekarang tiga hektar lahan budidaya hanya dikerjakan paling banyak tiga petani. Menurunnya jumlah lahan garapan dan berkurangnya jumlah petani tidak lain karena semakin semakin berkurangnya permintaan lidah buaya dari pabrik pengelolaan, sehingga mengakibatkan petani mencari pekerjaan yang lebih menjajikan. “Kalau dulu lahan yang digarap luas, tapi sekarang sudah semakin berkurang,” kata Alam.
Selain semakin berukurangnya permintaan lidah buaya, harga jual perkilo adalah beberapa masalah yang dihadapai petani. Dari awal mula berkeja sebagai petani hingga saat ini, harga lidah buaya hanya dihargai Rp1.000 perkilogram. Harga jual yang tidak sebanding dengan pengeluaran yang dibutuhkan petani untuk merawat ribuan batang lidah buaya.
Untuk merawat tiga hektar lahan lidah buaya, petani setidaknya membutuhkan tiga sampai lima karung pupuk berat 50 kilogram, yang digunakan selama satu bulan. Harga untuk pembelian pupuk, dirasakan sangat tidak sesuai dengan harga jual hasil panen.