Perpustakaan Nasional Gelar Pertemuan Pembelajaran Sebaya Tingkat Nasional 2024
Forum Ekonomi Dunia (Word Economy Forum) pada 2016 sudah jauh-jauh hari mengingatkan bahwa masa disrupsi akan terjadi.
Perkembangan teknologi dan komunikasi mengakibatkan banyak lahan pekerjaan diambil alih oleh otomatisasi dan mesin. Artinya, eksistensi manusia mulai tereduksi.
Maka, di sinilah kecapakan interpersonal dan analisis menjadi penting. Manusia jangan hanya paham secara pengetahuan saja tapi juga dianalisis, dievaluasi, bahkan mencipta gagasan baru.
Perpusnas bersyukur inisiasi program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) sejauh ini telah mendapatkan apresiasi banyak pihak arena terbukti dapat memberikan dampak sosial dan kesejahteraan. Bahkan di beberapa daerah, program TPBIS sudah direplikasi. Mereka meyakini, TPBIS mampu menjadi instrumen strategis dalam pengendalian inflasi, penurunan angka kemiskinan dan stunting.
“Terjadinya kemiskinan ekstrim dan stunting karena adanya kemiskinan informasi dan pengetahuan sehingga masyarakat tidak mempunyai kecakapan dan kreativitas," kata Adin.
Di kancah internasional, program TPBIS pun telah mendapatkan respon positif. Sejumlah negara dalam forum Colombo Plan pada Agustus 2024 lalu secara khusus mendatangi dan mempelajari langsung praktik baik dari TPBIS.
Saat ini, Perpusnas terus mendorong peningkatan kualitas layanan perpustakaan dengan membangun ruang-ruang baca sebagai ruang belajar serta melakukan pengembangan terhadap 10 ribu perpustakaan desa/kelurahan dan taman baca masyarakat melalui bantuan bahan bacaan bermutu.
Ekspansi layanan perpustakaan pun tidak luput dilakukan dengan menyasar armada perpustakaan keliling, pembangunan pojok baca digital (Pocadi), dan titik-titik baca yang bisa diakses secara online (QR Code) berisikan sumber-sumber bahan bacaan berbagai subjek, serta penguatan model TPBIS.