Persaingan tak Ketat, Okupansi Hotel Bintang 5 Paling Tinggi
jpnn.com - SURABAYA – Kebijakan pemangkasan anggaran pemerintah berdampak pada pembatalan kegiatan di hotel. Akibatnya, tingkat okupansi hotel pada kuartal ketiga tahun ini diprediksi tak tumbuh signifikan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim M. Soleh menyatakan, okupansi hotel pada kuartal ketiga (Juli–September) terimbas pemangkasan anggaran Rp 133 triliun.
’’Rencana meeting beberapa kementerian dibatalkan. Karena itu, kami tidak berharap banyak pada kuartal ketiga tahun ini,’’ jelasnya kemarin (7/9).
Selain high seasons liburan akhir tahun, okupansi pada kuartal keempat diprediksi naik. Sebab, instansi pemerintah dan korporasi akan berlomba-lomba memenuhi target penyerapan anggaran.
Sementara itu, market meeting, incentives, convention, dan exhibition (MICE) dari non-pemerintah, baik Surabaya maupun Jatim, tidak begitu banyak.
’’Pada kuartal keempat juga ada momen liburan Natal dan tahun baru. Tentu meningkatkan perjalanan para wisatawan Nusantara dan mancanegara,’’ tutur Soleh.
Sepanjang semester pertama, okupansi hotel-hotel di Jatim mencapai 50 persen. Khusus Surabaya sekitar 60 persen. Soleh optimistis okupansi semester kedua meningkat 15–20 persen jika dibandingkan dengan semester pertama.
”Dari sisi kategori, hotel bintang lima memiliki okupansi tertinggi karena tingkat persaingan yang tidak begitu ketat. Kemudian diikuti hotel bintang empat, dua, dan tiga,’’ ucapnya.