Pertamina Tanam Ribuan Mangrove
Kamis, 05 Juni 2014 – 11:58 WIB
Ia mengatakan, lebih dari puluhan tahun sudah ratusan hektar lahan yang termakan abrasi. Itu terjadi pasca meledaknya penambangan pasir liar di medio 80-an. Hasil itu diperparah, dengan terbuka liarnya kawasan lindung mangrove menjadi tambak udang dan ikan bandeng.
Padahal, Desa Muara yang tadinya milik Perhutani ini merupakan kawasan lindung mangrove berjenis bakau dan api-api. Usaha tambak yang ada bukan lagi berstatus lahan garapan, tapi diakuisisi oleh masyarakat. "Kini masyarakat berharap, kerusakan ini dikembalikan seperti semula, penghijauan dan pelestarian kawasan lindung," kata dia.
Dampak langsung abrasi, bukan lain interusi air laut. Air tanah berasa asin dan lengket di kulit. Nilai higienisnya pun agak sulit dipastikan kebersihannya. "Masyarakat disini mudah terserang penyakit tropical seperti malaria, diare, dan radang mata," katanya.
Dampak lain berkelanjutan pada penghasilan masyarakat yang notabene nelayan tambak. Meningkatnya intensitas penggunaan air bersih membuat mereka sulit bergerak. "Diujung pantai muara ini ada arus yang cukup tinggi. Musim angin barat, timur, dan utara, ketinggian pasang-surut pantai berbeda-beda. Dengan adanya penghijauan ini, saya yakin kelamaan akan kembali normal," ujarnya.
Melalui prakarsa CSR PT. Pertamina ini, konsep penghijauan kembali kawasan lindung manggrove terlaksana. Kata Ari, konsep penghijauan ini bukan asal tanam. Tapi bermoto, semai, tanam, pelihara, aktif. "Jadi tidak hit and run, tanam terus tinggal. Bahkan, dalam program ini ada penelitian terkait penanaman dan faktor sosial. Tentunya semua keberhasilan ini perlu peran masyarakat, kepedulian ini yang kita dorong," bebernya. (asp)