"Pelanggan Indonesia saat ini tidak menginginkan ternak sapi yang lebih berat," katanya.
"Batasan berat yang baru ini memberi kesempatan bagi mereka untuk mendatangkan sejumlah ternak yang lebih berat. Tapi saat ini dengan harga sapi Australia yang tinggi mereka perlu menghasilkan uang dari sapi penggemukan," jelasnya.
"Permintaan utama mereka dan spesifikasi utamanya masih tetap pada ternak penggemukan yang biasa," jelasnya.
Gosling yakin perubahan batas berat rata-rata tersebut akan bermanfaat bagi kedua negara dalam jangka panjang.
"Ke depannya, ini merupakan perubahan yang baik bagi importir karena memberikan fleksibilitas seputar ternak yang bisa mereka datangkan, terutama menjelang periode hari raya," jelasnya.
"Tapi sangat bagus untuk produsen dan eksportir dari Australia, karena kita bisa menerima lebih banyak ternak dan mengirimnya ke Indonesia," kata Gosling.
Dalam Laporan Pasar Daging Sapi Asia Tenggara terbaru, Dr Ross Ainsworth menyoroti permasalahan seputar perubahan berat sapi tersebut. Dia mengatakan bahwa sapi ukuran lebih berat dari Australia masih diharuskan oleh aturan di Indonesia untuk digemukkan setidaknya selama 120 hari.
Dia mengatakan sementara kebijakan itu tetap berlaku, margin keuntungan bagi importir mendapat tekanan dan perubahan berat 450 kilogram tampak seperti "gagal total".
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News