Peserta WHV Asal Indonesia Merasa Kerja di Australia Utara Tak Sesuai Harapan
"Kebetulan saya menjadi pemimpin bagi lebih dari 300 anak-anak WHV dan mahasiswa asal Indonesia di sini," katanya kepada ABC Indonesia.
Dari pengamatannya, Mel melihat situasi untuk mendapatkan pekerjaan saat ini memang lebih ketat.
"Dibandingkan tahun lalu, sepertinya sekarang agak sulit, karena banyaknya anak-anak WHV yang terus berdatangan ke Darwin," katanya.
Masalah lain yang juga muncul, menurutnya, adalah ketersediaan akomodasi untuk menampung mereka yang datang.
Mel berusaha membantu mereka dengan menyewa beberapa unit dan rumah yang kemudian bisa menampung mereka yang baru datang.
"Saya sudah punya tiga unit berbeda atas nama saya guna mengakomodasi mereka. Dua unit non-profit, dan satu disewakan untuk mendapatkan dana guna membantu anak-anak WHV yang belum bekerja atau kerja hanya satu dua jam saja," kata Mel.
Jangan langsung ke regional
Laurencia Simanjorang, 23 tahun, sudah tiba di Australia sebagai pemegang WHV sejak bulan September 2022.
Saat ini ia bekerja sebagai pemetik buah di Queensland.