Pesiapan pulang!
Dahlan IskanUcapan pendidik seperti itu yang membuat tekad Kevin bulat di jurusan special effect. Guru menghidupkan minat siswa.
Tiba di San Fransisco kami tidak menginap di rumah teman lama maupun teman baru. Saya menginap di rumah temannya teman. Agak sungkan juga dapat gratisan jenis itu.
Dia teman satu kelas suaminya Janet. Tinggalnya di Palo Alto. Di kawasan Silicon Valley. Tidak jauh dari kampus Stanford University.
Dia juga punya rumah di Beijing. Istrinya lagi pulang ke Beijing. Anak pertamanya sudah kerja di New York. Yang kedua kuliah di kota lain. Dia lagi bujangan. Kamarnya lima. Halaman belakangnya bisa untuk senam dansa.
Rumahnya di Beijing di dekat universitas terbaik di Tiongkok: Tsinghua University. Yang di California dekat Stanford.
Dia sendiri lulusan teknologi penerbangan di universitas kota kecil di Tiongkok. Cita-citanya kuliah di universitas terbaik tidak kesampaian. Tetapi dua rumahnya, semua, kini di dekat universitas terbaik di dua negara.
Kevin kelihatan gelisah ketika tahu tidak bermalam di hotel. "Masak saya harus bermalam di rumah temannya temannya teman," katanya dalam bahasa Jawa Semarangan.
Proses memiliki teman baru ternyata berliku. Tetapi rupanya sulit juga bagi Kevin untuk bisa berteman baru dengan tuan rumah. Beda generasi. Ngobrol pun sulit: harus lewat saya sebagai penerjemah.