Petani Kewalahan Kuburkan Ikan
Batuanjing dan Linggai Paling ParahKamis, 11 November 2010 – 09:16 WIB
Ia mengaku masih akan tetap bertahan jika induk samang menghendaki, tetapi sebagian kawan-kawannya sudah ada yang siap-siap minggat. "Harusnya dua hari kemarin gajian, tapi sekarang belum dibayar. Teman-teman sih sudah ada yang mulai mikir-mikir pindah karena di sini juga tak tahu lagi apa yang harus dikerjakan," ujarnya. Epi tak menyangkal pengurangan tenaga kerja bakal terjadi secara alamiah."Yang jelas tukang angkat bibit belum dibutuhkan karena untuk sementara waktu stop berproduksi sampai kondisi air normal lagi," ujarnya.
Camat Tanjung Raya Kurniawan Syahputra menyebutkan, kematian ikan tahun 2010 ini tidak bersifat secara massal seperti yang terjadi pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009. Kematian ikan yang kini angkanya sudah mencapai 1.657 ton itu hanya terkonsentrasi di sejumlah tempat. Paling parah dua tempat yakni Batu Anjing dan Linggai. Jika dikalkulasikan dengan harga ikan satu kilogramnya Rp14 ribu, maka kerugian yang diderita pembudidaya ikan mencapai Rp23 miliar.
Sebetulnya, kata, Kurniawan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Agam sudah mengeluarkan warning adanya cuaca ekstrim pada bulan September. Pembudidaya ikan yang segera merespons peringatan itu selamat, sementara yang berspekulasi dengan waktu akhirnya menjadi korban.