Petani Sumedang Panen Padi Hingga 12 Ton Per Hektare
Keberhasilan produksi kali ini juga tidak lepas dari penanganan yang cepat terhadap hama dan penyakit.
Menurut Angga, salah seorang Petugas THL Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di kecamatan Ujung Jaya, para petani sempat dilanda kekhawatiran karena padi diserang penyakit blas. Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea.
“Untuk menangani penyakit blas, kami memprioritaskan penggunaan agens hayati. Di sini kami menggunakan agens hayati Paenibacillus polymyxa, hasil buatan kelompok tani setempat. Pengunaannya ramah lingkungan dan bahannya mudah diperoleh. Seandainya sudah tidak bisa diatasi oleh agens hayati, baru kami gunakan fungisida,” jelas Angga.
Penggunaan agens hayati ini merupakan bagian dari kampanye Budidaya Tanaman Sehat yang tengah digiatkan oleh Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Melalui pola budidaya tanaman sehat, pengolahan tanah dilakukan dengan bahan organik.
“Dengan pola budidaya ini, petani bisa memperoleh tanaman padi dengan produktivitas tinggi dan proses kerja efisien. Selain itu, produk yang dihasilkan pun bermutu tinggi dan bersih secara kimiawi, sehingga harga produk mampu bersaing di pasar bebas,” terang Angga.
Selama bulan Maret lalu, petani di seluruh kabupaten Sumedang telah memanen padi pada areal seluas 7.616 hektare dengan total produksi mencapai 48.910 ton.
Sementara pada bulan April ini, pertanaman padi yang akan dipanen mencapai 10.521 hektare dengan prediksi produksi sekitar 67.566 ton. Ini berarti produksi padi kabupaten Sumedang di tingkat petani pada bulan Maret dan April 2020 mencapai 116.476 ton gabah kering panen.
Pada pertengahan Maret lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah memprediksi musim panen April – Mei ini, stok beras nasional akan bertambah sebesar 8 juta ton. Dengan tambahan tersebut, stok beras nasional sangat aman.