Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Petrus Selestinus Sebut Megawati Tokoh Reformasi Sejati

Senin, 29 Juli 2024 – 13:15 WIB
Petrus Selestinus Sebut Megawati Tokoh Reformasi Sejati - JPNN.COM
Petrus Selestinus saat menjadi narasumber diskusi publik bertajuk, Kudatuli dan Masa Gelap Demokrasi: Refleksi Sabtu Kelabu 27 Juli 1996 yang digelar Front Penyelamat Reformasi Indonesia di Jalan Diponegoro No 72 Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (28/7/2024). Foto: source for jpnn

"Kedua, pengambilalihan paksa Kantor DPP PDI Megawati dengan kekerasan berdarah, menggunakan aparatur TNI-Polri dan preman pada 27 Juli 1996, sehingga terjadilah peristiwa Kudatuli sebagai tindak lanjut Kongres PDI di Medan," jelasnya.

Petrus kemudian mengusulkan agar tanggal 27 Juli dijadikan sebagai hari besar nasional, yakni Hari Reformasi.

"Jika pada 17 Agustus 1945 kita memperingati Hari Kemerdekaan bangsa Indonesia, karena Indonesia terbebaskan dari penjajahan Belanda, maka tanggal 27 Juli 1996 seharusnya dijadikan hari besar nasional sebagai Hari Reformasi, karena peristiwa 27 Juli 1996 merupakan momentum bangkitnya perlawanan rakyat mengusir penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri, yaitu Orde Baru dan Soeharto, di mana kita terbebaskan dari rasa takut, terbebas dari belenggu nalar selama 32 tahun dan bangkit melawan, hingga lahirnya Reformasi pada 21 Mei 1998," paparnya.

Memilih "Legal Action"

Petrus berpendapat, pilihan medan juang Megawati melalui "legal action" (langkah hukum) pada Juli 1996, melawan rekayasa politik Orde Baru berupa Kongres PDI Medan dan Peristiwa 27 Juli 1996, hingga jatuhnya rezim Orde Baru pada 21 Mei 1998 harus dijadikan tonggak sejarah perjuangan rakyat mengusir penjajah, yaitu diktator Orde Baru dan Soeharto.

"Mengapa? Karena berbagai peristiwa yang mendahului, menyertai dan yang kemudian terjadi dalam perjuangan rakyat sejak Juni 1996 hingga Mei 1998 merupakan peristiwa hukum yang sangat penting bagi kehidupan sebuah negara dan bangsa yang merdeka, karena peristiwa-peristiwa itu berhasil mengubah secara fundamental sistem kekuasaan yang otoriter dan anti-demokrasi, menjadi sistem kekuasaan yang demokratis sesuai Pancasila dan UUD 1945," terangnya.

Petrus menilai, tragedi 27 Juli 1996 adalah puncak gunung es dimulainya perlawan rakyat bersama Megawati, diawali dengan kegiatan "mimbar bebas" di halaman Kantor DPP PDI, dilakukan secara terbuka dan konstitusional sebagai wujud dari kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum dan gerakan mengedukasi rakyat berani melawan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri.

"Gerakan mimbar bebas seolah-olah menabuh genderang perang melawan kekuasaan otoriter Orde Baru secara damai, antara lain dimulai dengan sejumlah upaya hukum ke pengadilan, penggalangan opini publik melalui kekuatan media massa yang pro-demokrasi, dan dukungan rakyat bawah," urainya.

Koordinator TPDI Petrus Selestinus SH berpendapat jika bicara Reformasi 1998 maka seorang tokoh reformasi sesungguhnya adalah Megawati Soekarnoputri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA