Petrus Selestinus Sebut Megawati Tokoh Reformasi Sejati
"Dari strategi yang satu ke strategi yang lain, sehingga selalu ada intrik politik untuk mencegah, membatasi bahkan menggagalkan dengan segala cara termasuk menggunakan kekuatan ABRI dan Kementerian Dalam Negeri sebagai alat represif mengeksekusi berbagai larangan terhadap Magawati melakukan aktivitas politik, hingga hanya sekadar berkantor untuk memimpin PDI atau aktivitas sosial lainnya saja tidak boleh," tukasnya.
"Jika pada hari-hari ini kita berada secara berhadap-hadapan dengan Presiden Jokowi untuk melawan kebijakan politiknya yang melenceng jauh dari cita-cita Reformasi, sebagaimana pendapat umum masyarakat dan fakta-fakta sosial dan fakta-fakta hukum membuktikan demikian, maka pertanyaannya apakah kita perlu dan mampu melakukan perjuangan Reformasi Jilid II, guna menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran sistem hukum dan demokrasi yang sedang terjadi?" tanya Petrus.
"Jika pada tahun 1996-1998 rakyat bawah bersama Megawati dan kita semua bersatu padu melawan kekuasaan Orde Baru yang perkasa di bawah kekuatan Soeharto, kita berhasil tumbangkan dengan cara-cara konstitusional, maka upaya untuk menyelamatkan demokrasi dan konstitusi yang terancam hancur berantakan dan berpotensi kembalinya sistem otoriter Orde Baru di bawah kendali Presiden Jokowi, apakah kita tidak bisa melakukan Reformasi Jilid II?" tambahnya.
Padahal, tegas Petrus, saat ini Presiden Jokowi berada di ujung kekuasaan karena dalam dua bulan ke depan akan lengser, sehingga tidak memiliki akar yang kuat di partai politik mana pun dan tidak punya akar di kalangan rakyat bawah.
"Maka dalam kalkulasi politik dan rasionalitas publik meyakini bahwa peluang menyelamatkan Reformasi terbuka lebar dan mari kita ajak PDIP untuk bersama rakyat mulai melakukan perjuangan bersama lagi menyelamatkan Reformasi yang berada di tepi jurang, dengan menggulingkan Presiden Jokowi," pengkasnya.(ray/jpnn)