PMKRI Harus Menjadi Ajang Pergumulan Intelektualitas
Pendek kata, MPA PMKRI harus menjadi ajang pergumulan intelektualitas untuk merumuskan orientasi baru yang sesuai dengan tantangan perubahan yang ada saat ini dan ke depan. Hal ini penting agar PMKRI semakin diminati dan mampu memberikan kontribusi yang berarti dan positif baik dalam pengembangan kerohanian dan intelektualitas mahasiswa Katolik maupun terhadap kemajuan dunia kemahasiswaan/kepemudaan serta menghasilkan kader-kader pemimpin bangsa yang sungguh Katolik dan sungguh Indonesia.
Sayangnya dalam Kongres kali ini PMKRI masih mengikuti pola Kongres PMKRI masa lalu yang narasumbernya didominasi oleh pejabat negara dan elite politik. Seyogyanya narasumber yang dihadirkan juga ada dari kalangan yang telah sukses mengelola dan memanfaatkan potensi generasi Y dan Z serta kemajuan tekologi IT.
Kehidupan berbangsa kita hari ini dan di masa depan berada ditangan masing-masing individu generasi Y dan Z ini, dimana penetrasi ideologi dan budaya dengan sangat mudah merasuki benak serta menjadi bahan percakapan dalam setiap pertemuan dan komunikasi mereka baik dalam komunitas terbatas maupun secara meluas sehingga dengan cepat dapat menular (viral), dan menjadi gaya hidup generasi ini.
Oleh karena itu nasib bangsa kita hari ini dipertaruhkan pada sejauh mana generasi ini dapat terbina dalam penggunaan atau pengelolaan dan pemanfaatan informasi dan komunikasi digital yang cerdas dan sehat.
Tantangan terbesar dari “Membumikan Pancasila Menuju Indonesia Berdaulat” yang menjadi tema MPA PMKRI kali ini, adalah bagaimana merumuskan strategi pembinaan, kaderisasi dan komunikasi terhadap generasi Y dan Z agar mampu menerima, menghayati dan menjadikan nilai-nilai Pancasila dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, sebagai perilaku dan gaya hidup yang membanggakan.
Selamat Ber-MPA dan Berkongres