Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Polemik Poligami, Imam Besar Istiqlal Sebut Pria Sulit Adil

Selasa, 18 Desember 2018 – 06:17 WIB
Polemik Poligami, Imam Besar Istiqlal Sebut Pria Sulit Adil - JPNN.COM
Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar bersama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Jakarta, Rabu (11/4). Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar menilai, laki-laki sulit bertindak secara adil jika memiliki lebih dari satu istri.

Hal itu disampaikannya dalam acara Maulid Nabi yang mengangkat tema Misi Kenabian dalam Memuliakan Perempuan di Kantor DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Jakarta Pusat, Senin (17/12).

Di hadapan para pengurus, kader dan simpatisan PSI, Nasar menganggap, selama ini perempuan masih jadi objek ketidakadilan.

“Islam hadir untuk meredam pernikahan tanpa batas. Dibatasi jadi tiga atau empat istri saja, syaratnya harus adil. Tapi ayat lain mengunci, dikatakan bahwa laki-laki tidak akan bisa adil secara kualitatif atau menyangkut perasaan. Jadi logikanya apa? Ya, jangan poligami,” kata dia.

Di samping itu, Nasar juga menilai poligami merupakan sumber penderitaan bagi perempuan dan anak-anak. Hal ini diakuinya berdasarkan hasil kajian-kajian selama ini.

"Harus diakui praktik poligami selama ini, jadi sebab atas banyak kasus perceraian, kekerasan terhadap perempuan, ekonomi ambruk, dan anak-anak jadi korban penelantaran,” kata dia.

Lebih jauh, Kiai Nasar juga menyinggung peran Nabi Muhammad SAW dalam mengangkat derajat kaum perempuan pada masa itu, ketika perempuan berada dalam subordinat laki-laki dan kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif.

“Bahwa Nabi Muhammad yang pertama kali menghentikan tradisi mengekstradisi perempuan yang sedang menstruasi. Dulu perempuan tidak boleh diakikah, hanya laki-laki. Islam, lewat Nabi Muhammad SAW, memulai akikah bagi kaum perempuan,” lanjutnya.

Imam Besar Masjid Istiqlal menyebut poligami merupakan sumber penderitaan bagi perempuan dan anak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News