Potret Kampung Jawa di Kecamatan Wonomulyo, Sulawesi Barat
Ada Yang Fasih Berbahasa Kromo, tapi Tak Lancar Bahasa BugisRabu, 28 Maret 2012 – 00:08 WIB
Imam juga masih punya hubungan kekerabatan dengan R Soeparman yang merupakan pionir kolonis pada 1937. Saat itu dia ditunjuk sebagai asisten wedana yang bertanggung jawab sebagai orang kedua di distrik tersebut. Namanya kini diabadikan sebagai salah satu nama jalan tepat di jantung kota Kecamatan Wonomulyo.
Sejatinya, kata Imam, ribuan orang Jawa tewas dalam proyek tersebut. Hanya orang-orang yang tahan bantinglah yang bisa bertahan hidup. Lemah atau malas sedikit saja, mereka bisa tewas karena kelelahan dan penyakit malaria. Apalagi, lahan yang harus mereka buka rata-rata satu hektare per orang.
Meski begitu, program tersebut terus dilakukan karena banyak warga yang berhasil. Beberapa orang lantas membangun infrastruktur pertanian seperti bendungan, saluran irigasi, dan jembatan. Nah, para kolonis (sebutan dari Belanda buat para pembuka lahan di Indonesia) lantas mendirikan kampung berdasar nama asal mereka. Misalnya kampung Ponorogo, Kediri, Sugih Waras, Bumi Ayu, Kebun Sari, Jogja Lama, Jogja Baru, Kuningan, Magelang, dan Sumberejo.