Potret Keluarga Jawa setelah 125 Tahun 'Merdeka' di Suriname (2-Habis)
Katiman Jedul Kini Bisa Ngendang Dengkul”Yang jip itu biasa saya pakai untuk mancing. Yang satunya untuk pergi ke stad (kota, Red),” terang Katiman.
”Anak-anakku lan bojo-bojone wis duwe mobil dewe-dewe. Soale, loro-lorone nyambut gawe. Dadi, kudu duwe mobil dewe-dewe (Anak-anak saya dan suami/istrinya punya mobil sendiri-sendiri. Sebab, keduanya bekerja. Jadi, harus punya mobil sendiri-sendiri),” beber generasi ketiga dari nenek moyang yang berasal dari Solo (kakek) dan Purbalingga (nenek) itu.
Sejatinya Katiman tidak hanya memiliki enam anak dari Wakiyem. Dari istri pertama, Ponijah Ardjooetomo, dia dikaruniai seorang anak, Woniyem Katiman. Woniyem (lahir pada weton Kliwon) kini tinggal Jalan Dekrane, tak jauh dari rumah ayahnya.
Di kalangan masyarakat Jawa Suriname, seorang pria memiliki istri lebih dari satu atau menikah beberapa kali sudah bukan rahasia umum. Yang kondisi ekonominya mencukupi ”bisa” mencari pendamping hidup yang lain.
Bahkan, bukan hanya pria, para perempuan yang sudah menjanda pun biasa menikah lagi meski secara umur sudah terbilang tua (di atas 50 tahun). Mereka tidak ingin hidup sendirian di hari tua. Bahkan, ada yang tidak berkeberatan meski menjadi istri simpanan.
”Dadi, sing ora nang kene, anakku karo mbok tuwo (Jadi, yang tidak di sini, anak saya dengan istri pertama),” ujar pensiunan pegawai Kementerian Kesosialan dan Perumahan tersebut.
Sedangkan enam anak Katiman dari Wakiyem adalah Wonisah Leginem (lahir pas weton Legi), Worini Ponikem (lahir Pon), Woninten Katiman (lahir Kliwon), Waldi Ratin (lahir Pon), Anita Leginie (lahir Legi), dan Adeline Waginie (lahir Wage). Mereka sudah mentas dan hidup layak dengan keluarga masing-masing.
”Sebelumnya, kami sempat gemas. Soalnya, Waldi tak mau kawin-kawin. Tapi, sekarang sudah lega. Dia sudah dapat jodohnya. Bahkan, langsung punya anak satu,” timpal Wakiyem.