Prabowo Kritik Media, Pengamat Politik Bilang Begini
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Boni Hargens angkat bicara terkait sikap calon presiden Prabowo Subianto yang mengkritik media massa terkait pemberitaan Reuni 212 yang digelar di Monas, Jakarta, Minggu (2/12).
Menurut Boni, sikap Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut menunjukkan tidak memahami makna kebebasan pers yang sebenarnya.
"Ini yang mereka keliru, tidak memahami arti kebebasan. Kebebasan itu bukan berarti mendikte pers. Pers punya fatsun, punya prinsip, punya core of conduct yang tidak bisa ditabrak atau dipengaruhi kelompok di luar institusi pers," ujar Boni di Jakarta, Rabu (5/12).
Menurut Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini, pers punya penilaian tersendiri terhadap sebuah kegiatan. Tidak bisa kemudian ada pihak tertentu marah karena pers tidak menempatkan berita terkait sebuah kegiatan menjadi laporan utama.
"Ingat, tidak ada kewajiban televisi harus meliput seluruh acara Reuni 212. Tidak ada kewajiban semua koran meliput dan menaruh foto acara itu di halaman satu. Itu sebuah kekerdilan berpikir yang sangat memalukan," ucapnya.
Boni khawatir langkah Prabowo mengkritik pers dapat disimpulkan sebagai sikap tidak menghargai insan pers.
"Bisa juga kemudian muncul opini apa yang diperlihatkan Prabowo sebagai benih-benih otoritan, jangan-jangan kalau nanti jadi presiden kebebasan dibungkam," kata Boni.
Sebelumnya, Prabowo mengungkap kekesalannya pada pers terkait minimnya pemberitaan Reuni 212. Kekesalan tersebut dikemukakan saat Prabowo berada di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu, (5/12).