Presiden Minta Penerima Insentif Gas Industri Mampu Dorong Perekonomian
jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta penerima insentif gas industri mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian. Hal ini disampaikannya saat menggelar rapat terbatas bersama jajarannya untuk membahas soal penyesuaian harga gas untuk industri dan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.
Rapat yang digelar dengan telekonferensi tersebut, Jokowi mengingatkan jajarannya untuk menghitung tiga opsi yang dibicarakan dalam ratas sebelumnya pada 6 Januari 2020 lalu.
"Opsi yang pertama mengurangi atau bahkan menghilangkan jatah pemerintah. Opsi kedua pemberlakuan domestic market obligation. Opsi ketiga bebas impor gas untuk industri. Saya minta ratas hari ini saya bisa diberikan hitung-hitungan, kalkulasinya seperti apa," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (18/3).
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga mengingatkan industri yang diberikan insentif penurunan harga gas harus betul-betul diverifikasi dan dievaluasi. Dengan demikian, pemberian insentif penurunan gas akan memberikan dampak yang signifikan dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.
Menurut Jokowi, industri yang diberi insentif harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya dan meningkatkan investasi baru. Mereka juga harus mampu meningkatkan efisiensi proses produksinya sehingga produknya menjadi lebih kompetitif, serta harus bisa meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
"Untuk itu saya minta evaluasi dan monitoring secara berkala dilakukan terhadap industri-industri yang diberikan insentif. Harus ada disinsentif, harus ada punishment, jika industri tidak memiliki performance sesuai yang kita inginkan," katanya.
Sementara itu, terkait dengan harga BBM, Jokowi meminta jajarannya menghitung dampak dari penurunan harga minyak dunia yang jatuh ke level kurang lebih USD 30 per barel.
"Saya minta dihitung dampak dari penurunan ini pada perekonomian kita, terutama BBM, baik BBM bersubsidi maupun BBM nonsubsidi. Juga dihitung berapa lama kira-kira penurunan ini akan terjadi. Kemudian perkiraan harga ke depan," ujarnya. (tan/jpnn)