Prita Sukses, Tiananmen Berdarah
Sabtu, 12 Desember 2009 – 11:52 WIB
Kita ingat perlawanan Angkatan 1966 mengorbankan mahasiswa Arief Rahman Hakim dan wartawan Harian KAMI, Zainal Zakse. Angkatan 1998 mengorbankan jiwa sejumlah mahasiswa, baik dalam Tragedi Trisakti maupun Jembatan Semanggi. Bahkan juga ada huru-hara penjarahan yang mencoreng wajah republik, termasuk mereka yang hangus terpanggang di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta.
Kita lega, aksi 9 Desember, termasuk aksi memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) 10 Desember di Jakarta, tidak massif sampai mengerahkan 100.000-an massa. Sebab, saya kira, Yudhoyono benar ketika ia mengkhawatirkan kemungkinan buruk dalam sebuah aksi akbar. Contoh macam itu kerap terjadi di masa lalu.
Tampaknya aksi melalui teknologi informasi menjadi pilihan cerdas. Setidaknya metode ini cocok untuk isu-isu perkotaan, atau pemerintahan secara nasional, karena umumnya kaum urbanis sudah melek teknologi informasi. Cara ini pun lebih kreatif. Orang punya waktu untuk memikirkan aksinya sebelum mengoret-oretnya di internet atau Facebook.