Problem Susu Etawa di Bukit Menoreh
Senin, 24 September 2012 – 01:04 WIB
Betina yang lagi berahi tersebut dimasukkan ke kandang pejantan. Pemiliknya harus selalu mengintip. Itu untuk memastikan apakah perkawinan sudah terjadi. Biasanya tidak lama. Dalam waktu setengah jam, perkawinan sudah terjadi dua kali. Cukup. Betinanya segera dikeluarkan dan dibawa pulang. Tentu setelah membayar Rp 50.000.
Setengah bulan kemudian, kalau belum terjadi tanda-tanda kehamilan, sang betina dikawinkan lagi. Kali ini gratis.
Di satu desa Sumowono itu hanya ada tiga pejantan andal. Satu milik bersama di kelompok Ngudi Luwih. Yang dua ekor lagi milik perorangan. "Satu pejantan bisa melayani 40 betina dalam sebulan," ujar Warman. Berarti satu pejantan menghasilkan uang Rp 2 juta sebulan.
"Tidak boleh terlalu sering mengawini. Kualitas keturunannya bisa kurang baik," tambahnya. Semua peternak mengharapkan kualitas kambing mereka"baik agar harga jualnya kelak bisa tinggi.