Protein Yuda
Oleh: Dahlan IskanKerepotan itu, misalnya, ia harus mengambil lebih dahulu sel dari pasien. Baik lewat pengambilan darah atau pun lemak. Lalu membiakkannya menjadi ratusan juta sel. Lantas memasukkannya ke tubuh pasien.
"Repot. Banyak pekerjaan. Saya kan bukan dokter," ujarnya.
Maka kecerdasan dan logika Yuda pun bermain. Mengapa tidak memasukkan protein sel saja ke tubuh manusia. Agar sel tersebut mendapat makanan sehat yang cukup. Lalu sel itu bisa membiak sendiri di dalam tubuh secara sehat.
Memasukkan protein sel lebih mudah dan sederhana: bagi orang pintar seperti Yuda. Apalagi Yuda tahu dari mana mendapatkan protein sel itu. Pun kalau kebutuhannya banyak sekali.
Protein sel itu ia ambil dari ''wilayah'' sel. Di mana ada sel di situ ada protein sel. Maka kalau ia mengambil sejumlah sel, akan terambil pula protein selnya.
Hanya protein selnya saja yang ia ambil. Selnya sendiri ia sisihkan. Tentu hanya orang cerdas seperti Yuda yang bisa mengambil protein tanpa selnya terikut.
Setelah protein sel itu ia dapatkan, pekerjaan selanjutnya adalah memperbanyaknya. Lewat cara kultur.
Dengan kultur itu ia pun bisa mendapatkan protein sel dalam jumlah sebanyak yang ia kehendaki.