Puan Maharani dan Gus Muhaimin Dalam Peta Pilpres 2024
Oleh: H. Adlan Daie, Pemerhati Politik dan Sosial Keagamaan dan Wakil Sekretaris PWNU Jawa BaratSurvei secara individual (tidak berpasangan) seperti ini tidak memadai untuk preferensi membaca peta pilpres 2024 bahkan "agak menipu" dalam arti dilepaskan dari konstruksi yuridisnya.
Naik turun dan "up and down" elektoral dalam kerangka yuridis kontestasi pilpres variabelnya tidak dapat dilepaskan dari konteks simulasi pasangan dan kekuatan spirit konsolidasi koalisi dan "warna" partai pengusungnya di akar rumput.
Konstruksi analisis dalam konteks paket pasangan Puan dan Gus Muhaimin di atas selain berpotensi menang – juga hendak menjelaskan perspektif sejumlah pengamat yang menempatkan ruang politik Gus Muhaimin makin "sempit" pasca-terbentuknya bangunan "Koalisi Indonesia Bersatu" (Golkar, PAN, PPP) dalam perspektif penulis justru keliru.
PKB dan Gus Muhaimin bahkan makin tinggi posisi politiknya.
Di sisi lain tentu agak "naif" Puan representasi partai terbesar di DPR RI hanya diletakkan oleh framming para pengamat politik di posisi "wakil" dari Prabowo.
Penulis tentu memahami bahwa konstruksi paket pasangan di atas hanyalah salah satu opsi dalam perspektif peta pilpres 2024.
Setidaknya dalam konteks Gus Muhaimin berlaku dictum "ushul fiqih" pesantren "ma la yudrok kulluhu, la yutruk kulluh", - jika posisi ideal capres tidak tercapai, tentu posisi cawapres harga yang lebih dari sekadar pantas bagi Gus Muhaimin, Ketua Umum PKB, pemilik 10 persen kursi DPR RI dari ambang batas syarat pencapresan.(****)
Yuk, Simak Juga Video ini!