Purwo Ardoko, Alumnus ITS, Arsitek Penjara Modern di Indonesia
Nginap di Lapas Cipinang, Masuk Geng SurabayaSabtu, 01 Mei 2010 – 06:43 WIB
Purwo menuturkan, menjadi tenaga ahli independen seperti sekarang sebetulnya tidak direncanakan. Setelah lulus kuliah pada 1986, Purwo ke Jakarta. Dia bergabung dengan salah satu konsultan mengerjakan draft untuk Lapas Wanita Tangerang. "Waktu itu, satu lembar dihargai Rp 15 ribu," kenangnya.
Ayah tiga anak itu kemudian menjadi pegawai honorer di Departemen PU (Pekerjaan Umum). Namun, hanya bertahan dua tahun. Dia keluar pada 1990. Lalu meloncat jadi tenaga ahli dalam pembangunan kompleks Departemen Keuangan dan fasilitas-fasilitas sosial. Pada 1995, Purwo mulai masuk pada pengembangan rumah susun.
Namun, krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997?1998 membuat pengembangan properti berhenti. "Tahun-tahun itu saya sempat jadi penjual semir rambut," kata Purwo mengenang. Baru pada 1999, Purwo melanjutkan lagi proyek rusunnya. Salah satunya di kawasan Petamburan, Jakarta.