Pusing 2 T
Saya juga ingin menghubungi Prof Hardi sekali lagi kemarin sore. Saya ingin bertanya apakah dana itu jadi ditransfer kemarin. Telepon saya itu di-reject.
WA saya juga tidak dibalas –meski ada tanda sudah dibaca beliau. Namun, saya tetap hormat. Sehari sebelumnya beliau telah banyak menjawab pertanyaan saya.
Saya pun menghubungi Ibnu Holdun, wartawan Sumatera Ekspres yang telah ke rumah Heryanti.
Rumah itu, kata Holdun, kosong. Pagarnya ditutup dan dikunci. Rumah itu lebih bagus dari tetangga sekitar, tetapi tidak mencerminkan rumah orang kaya raya.
Saya menyadari masih begitu banyak pertanyaan di seputar sumbangan Rp 2 triliun ini. Akidi telah menampar begitu banyak konglomerat negeri ini. Dan ia tidak peduli. Ia sudah sebelas tahun mati.
Akidi telah lama meninggal dunia. Namun, namanya hidup kembali. Ia telah mengalahkan orang-orang yang masih hidup menjadi seolah-olah sudah lama mati. (*)