Rani Jaringan
Oleh: Dahlan IskanPranowo memang dikenal sebagai pengusaha bibit anggrek berbasis kultur jaringan. Pranowo sukses di bisnis itu.
"Kok di Sulsel belum ada pengusaha kultur jaringan ya. Saya pun ingin tahu," ujar Rani. Dia pun minta untuk bisa belajar di laboratorium kultur jaringan milik dosennyi itu.
"Waktu itu bulan puasa. Rani ingin memulai setelah Lebaran. Saya pikir paling cepat 10 hari setelah Lebaran," kisah Pranowo.
"Lima hari setelah Lebaran dia sudah datang," ujar Pranowo. "Berarti anak ini punya kemauan keras," tambahnya.
Kebetulan ada Covid. Perkuliahan berubah ke online. Rani memanfaatkan waktu pandemi untuk tenggelam di lab. "Pernah sampai jam 2 malam," katanyi.
Waktu itu harga porang lagi gila-gilaan. Minat menanam porang meluas. Pun sampai Sulsel. Harga bibit porang melonjak sampai Rp 150.000/kg. Belum ada teknik kultur jaringan di porang. Rani pun masuk ke sana.
"Itulah kali pertama saya dengar nama porang," ujar Rani mengenang.
Dua tahun kemudian Rani sudah menguasai kultur jaringan porang. Sudah sering diminta jadi penceramah bidang itu. Termasuk di seminar nasional seperti kemarin.