Rastelli, Harapan Baru untuk Penyakit Jantung
jpnn.com - SURABAYA – Tim dokter RSUD dr Soetomo kembali menorehkan prestasi. Mereka berhasil mengoperasi enam anak balita penderita jantung bawaan dalam tiga hari. Diagnosis yang diderita berbeda-beda. Mulai jantung bocor, jantung biru, double outlet right ventricle (DVRV), sampai kelainan jantung langka, yakni truncus arteriosus tipe 1.
Keberhasilan tim RSUD dr Soetomo itu memberikan harapan menjanjikan bagi anak penderita kelainan jantung. Sebab, umumnya usia hidup mereka yang terlahir dengan kelainan jantung sangat rendah. Yaitu, kurang dari lima tahun.
’’Keberhasilan ini adalah kabar baik, mengingat jumlah penderita semakin bertambah. Saat ini setidaknya ada 10 anak per 1.000 kelahiran yang mengalami kelainan jantung bawaan,’’ kata Prof Dr dr Paul Tahalele SpB TKV FCTS, koordinator tim bedah jantung RSUD dr Soetomo, Senin (17/11).
Salah seorang pasien yang berhasil dioperasi adalah Qoif Hanifatun Naziha. Bocah berusia 2 tahun itu menderita truncus arteriosus tipe 1. Normalnya, jantung memiliki dua bilik. Yakni, bilik kanan yang memompa darah kotor ke paru dan bilik kiri yang memompa darah bersih melalui pembuluh aorta besar. Namun, Qoif hanya memiliki satu pembuluh arteri utama dan satu katup (truncus). Karena itu, darah kotor dan darah bersih bercampur.
’’Kami mengoperasi Qoif dengan teknik baru. Menggunakan rastelli. Pertama di Indonesia,’’ ujar Prof Paul, panggilan akrab Prof Dr dr Tahalele SpB TKV FCTS.
Menurut dia, rastelli sebenarnya ditemukan tim dokter dari Seoul National University, Bundang Hospital, Korea Selatan. Yakni, dr Kim Yong Jin, 60, dan dr Lim Cheong, 50. Tim jantung dari Korea itu pun datang secara khusus ke Surabaya untuk berbagi ilmu yang baru dipublikasikan tahun lalu.
Paul menyebutkan, metode rastelli sangat bermanfaat. Sebab, selama ini, operasi jantung di Indonesia masih menggunakan pembuluh darah buatan yang dikenal dengan contegra. Harganya mencapai Rp 40 juta. Kini, dengan rastelli, pembuatan pembuluh darah baru jauh lebih murah, yakni sekitar Rp 15 juta atau sepertiga metode contegra.
Selain itu, bahan utama yang digunakan adalah dakron sehingga bisa menyatu dengan organ. Pembuluh buatan itu juga bisa bertahan sampai 10 tahun. Penggantian bisa dilakukan seiring dengan pertumbuhan anak.