Ratusan Anak Tinggal di Penjara
Sebagian Besar dari SurabayaNamun, ungkap Tri, sering upaya damai itu tidak dihargai. Anak-anak juga tidak mengambil hikmah dari hal tersebut. Buktinya, sebagian anak yang berhasil didiversi masih melakukan tindak pidana lagi. Mereka pun masuk bui karena dianggap tidak berhasil melalui proses damai dengan baik. Hasilnya, sampai sekarang di Rutan Kelas I Surabaya masih banyak anak yang ditahan.
Menurut Kepala Rutan Kadiyono, sampai sekarang masih ada 37 anak yang menjalani hukuman penjara. Mereka berada di blok I, blok khusus anak-anak. Lapas berusaha keras agar anak-anak itu menyadari dan berhenti melakukan tindak pidana. "Pembinaan untuk mereka diintensifkan," ungkapnya.
Tujuannya, jangan sampai anak-anak terpengaruh tabiat penghuni dewasa. Sebab, meski berada di blok khusus anak, akses mereka untuk berkomunikasi dengan penghuni lain yang lebih dewasa masih terbuka lebar.
Kondisi itulah yang memungkinkan anak-anak meniru tindakan-tindakan yang semakin jahat. Sekeluar dari penjara, mereka justru makin berani berbuat jahat. Saat masuk pertama, mereka masih melakukan pencurian kecil-kecilan. Tapi, begitu keluar dari penjara, mereka malah melakukan pencurian dengan kekerasan seperti merampok atau menjambret. Kualitas tindak pidananya semakin meningkat.
Jika dirata-rata per bulan, jumlah anak-anak yang terlibat kejahatan sampai Agustus ini sekitar 40 orang. Artinya, dalam setahun, jumlahnya bisa mencapai 481 anak selama 2013. Itu berarti, ada tren menurun. Padahal, pada 2012 total selama setahun 498 anak terlibat kasus kejahatan. Bahkan, pada 2011 jumlahnya lebih besar, yaitu 544 anak.
Secara kuantitas, itu memang menurun. Tapi, secara kualitas, tindak kejahatan anak-anak justru meningkat. Misalnya, dari kasus pencurian barang atau uang kini menjadi kasus narkoba, perampokan, pencabulan, sampai pembunuhan. "Banyak pelakunya adalah anak residivis yang sudah pernah dipenjara," tegas Tri. (may/c10/roz)