Republik Pisang
Oleh: Dhimam Abror DjuraidNamun, ada juga yang menanggapinya dengan santai dan bahkan dengan humor. Seorang bakul angkringan di Magelang memasang baliho di depan warungnya bertuliskan ‘’Kepak Saya Empon-Empon’’. Bakul angkringan itu berharap bisa viral seperti baliho Puan, dan ternyata sukses.
Baliho Puan ternyata membawa berkah bagi si bakul angkringan itu dan dagangannya menjadi laris. Paling tidak, kreativitasnya menarik perhatian warganet yang segera memviralkan balihonya.
Tidak diketahui bagaimana reaksi Puan terhadap sindiran itu. Empon-empon adalah rempah-rempah dalam Bahasa Jawa. Memelesetkan kata Puan menjadi Empon membuat banyak orang tertawa.
Kaesang juga memanfaatkan situasi itu untuk mengerek promosi produknya. Selama ini Anak Ragil ini memang aktif di dunia bisnis. Dia mengelola berbagai macam bisnis, mulai dari kuliner sampai klub sepak bola. Momen baliho dipakainya untuk memasarkan dua produk terbarunya, roti dan pisang.
Untuk mempromosikan produk pisangnya, Kaesang menjadikan baliho Airlangga Hartarto sebagai parodi. Tagline ‘’Kerja Untuk Indonesia’’ diganti dengan ‘’Kerja Untuk Sang Pisang’’. Kenakalan khas Kaesang ini membuat banyak orang tersenyum.
Namun, mungkin Kaesang tidak menyadari sindirannya itu bisa menimbulkan tafsir yang luas. Bisa serius bisa bercanda. Yang bercanda akan menganggapnya lucu dan kreatif. Plesetan seperti itu sudah menjadi ciri khas humor orang-orang Jogja dan Solo.
Bagi yang serius, mungkin, menginterpretasikan baliho Kaesang itu sebagai sindiran atas kinerja Airlangga Hartarto sebagai menteri koordinator ekonomi. Di tengah pandemi Covid yang masih merajalela kinerja ekonomi Indonesia sedang karut marut dan berkutat dengan resesi.
Pengangguran dan kemiskinan makin meluas, dan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih minus. Dalam kondisi demikian, Indonesia terancam menjadi Republik Pisang, karena ekspornya macet dan situasi politik tidak stabil.