Republik Pisang
Oleh: Dhimam Abror DjuraidAkibat penanganan pandemi yang tidak efektif, Jokowi, bapaknya Kaesang, diserang oleh banyak lawan-lawan politiknya. Akibatnya, situasi politik Indonesia tidak bisa disebut sebagai stabil. Penanganan kritik yang dilakukan dengan keras membuat situasi politik terus menghangat dan cenderung memanas.
Kasus terbaru mengenai mural bergambar mirip Jokowi dengan narasi ‘’Not Found’’ yang dihapus petugas, menunjukkan bahwa situasi politik cenderung menghangat dan bahkan memanas.
Di Batam muncul graffiti bertuliskan ‘’Thx Jokowi. I’m DEAD’’. Dalam waktu singkat petugas gercep, gerak cepat, menghapus corat-coret itu. Namun, tangan warganet lebih cepat mengunggah grafiti itu dan memviralkannya.
Kombinasi antara situasi ekonomi yang sedang resesi dan situasi politik yang labil sudah cukup untuk memasukkan Indonesia dalam kategori Republik Pisang seperti yang disindirkan Kaesang.
Kaesang kelihatannya tidak menyadari bahwa guyonannya bisa diinterpretasikan sampai sejauh itu. Mungkin juga dia akan berkomentar bahwa interpretasi itu lebay.
Namun, yang jelas Kaesang benar-benar beruntung. Ia bisa memanfaatkan situasi secara kreatif dan memanfaatkannya untuk mempromosikan produknya.
Kaesang terlihat punya bakat yang lumayan bagus untuk menjadi seorang entrepreneur. Pedagang angkringan di Magelang itu juga pantas dipuji karena kreativitas empon-emponnya.
Baliho-baliho sindiran Kaesang itu tentu akan aman-aman saja. Tidak akan ada petugas Satpol PP yang berani menurunkan baliho virtual itu. Juga tidak akan ada polisi virtual yang bakal mengusiknya.