Revolusi Fahri
Oleh Dahlan IskanPartai itu, kata Fahri, kalau menang pemilu akan mengatur negara. Kalau di tingkat partai tidak ada budaya kontrol, itu akan dibawa juga saat duduk di pemerintah.
Termasuk soal Pancasila dan NKRI. "Sejak awal kami akan menyatakan partai kami berdasar Pancasila. Bagi kami Pancasila sudah selesai. Tidak perlu dibahas lagi. Demikian juga soal NKRI," katanya.
Prinsip-prinsip dasar seperti itu yang membuat Fahri tidak bisa berdamai dengan PKS.
Memang ada yang menilai Fahri gila jabatan. Terutama saat ia tidak mau mundur dari posisi Wakil Ketua DPR. Padahal PKS sudah memberhentikannya dari keanggotaan partai.
"Ini soal sistem yang harus ditegakkan," katanya.
Fahri seperti ingin membuktikan diri tidak gila jabatan. Di Pemilu yang lalu ia memutuskan untuk tidak mau lagi menjadi calon anggota DPR.
Padahal lewat partai apa pun ia akan terpilih. Dapilnya, di Sumbawa, memintanya. Di sana akar Fahri sangat kuat.
Sekarang Fahri tidak punya jabatan apa pun. Ia akan kembali menjadi pejuang revolusioner. Dari nol lagi. Bersama Anis Matta. Dan siapa saja yang seide dengan mereka.
Namun bukankah partai pecahan akan selalu lebih kecil dari partai induk?