Revolusi Fahri
Oleh Dahlan Iskan“Tidak selalu," katanya. "Demokrat pernah kita anggap pecahan Golkar. Toh pernah mengalahkan Golkar," tambahnya.
"Bahkan PDI Perjuangan jauh lebih besar dari PDI yang akhirnya mati," katanya pula.
Partai baru itu, katanya, kini dalam proses di notaris. Notaris yang akan membawanya ke Kementerian Hukum dan HAM.
"Kami targetkan sudah bisa ikut Pilkada. Sebagai partai pendukung," katanya.
Robert Lai --yang duduk di sebelah saya-- asyik menikmati Kopi Revolusi. Ia tidak bisa mengikuti diskusi dalam bahasa Indonesia itu. Apalagi dalam bahasa revolusi.
"Kopi ini enak. Kuat rasa kopinya," ujar orang Singapura ini --seperti ingin menyenangkan Fahri.
Malamnya, ketika Fahri sudah tidak bersama kami, saya tanya lagi. Yang sejujurnya.
"Bagaimana rasa kopinya," tanya saya.