Reza Indragiri Menganalisis Ucapan Menag Yaqut dan Edy Mulyadi, Ini Kesimpulannya
jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menganalisis ucapan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas soal kebisingan suara azan melalui pelantang masjid, dengan menjadikan gonggongan anjing sebagai salah satu pembanding.
Bang Reza menilai Menag Yaqut menggunakan langgam bahasa yang sama dengan Edy Mulyadi selaku tersangka ujaran kebencian atas ucapannya tentang lokasi ibu kota negara atau IKN Nusantara.
"Edy Mulyadi, sepemahaman saya, menggunakan langgam metafora. Absolute metaphore, ragamnya. Menag Yaqut pun memakai metafora yang sama: gonggongan anjing ditafsirkan khalayak mengindikasikan kebisingan yang setara dengan suara azan," kata Reza kepada JPNN.com, Jumat (25/2).
Persoalannya, kata Reza, jin dan anjing dalam metafora itu punya kelas yang rendah, sehingga keduanya dimaknai sebagai ungkapan yang merendahkan.
"Sehingga, baik Edy Mulyadi maupun Menag Yaqut akhirnya dianggap publik telah melakukan penghinaan atau pelecehan atau sejenisnya," ucap penyandang gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne Australia, itu.
Mantan pengajar di PTIK itu mengaku hanya sebatas ingin melihat bagaimana penegakan hukum dilakukan secara cepat dan ajeg. Cepat dalam artian polisi bekerja selekas mungkin setelah kejadian dan menimbulkan amarah masyarakat.
"Ajeg, berarti ada keseragaman, tidak tebang pilih antarkasus atau antarindividu," ujar pria asal Indragiri Hulu, Riau itu.
Dia menerangkan bahwa cepat dan ajeg merupakan sifat yang harus terpenuhi agar kerja penegak hukum bisa memunculkan efek gentar sekaligus efek jera.