RI Butuh 4,4 Juta Pengusaha
Sabtu, 09 Agustus 2008 – 11:42 WIB
“Itu sangat kecil sekali. Di Indonesia baru ada 400 ribu (pengusaha), padahal idealnya 4,4 juta (pengusaha). Populasi pengusaha di Singapura 7 persen, Amerika 11,5 persen,” ujar Ciputra di sela pendatanganan MOU (memorandum of understanding) dengan Covenant University Nigeria. Menurut dia, untuk mencapai jumlah pengusaha sebanyak 4,4 juta tersebut membutuhkan waktu 25 tahun.
Sistem penddidikan di Indonesia, menurut Pak Ci, hanya terfokus untuk membuat orang mencari pekerjaaan, tetapi bukan menciptakan pekerjaan. Misal. di sekolah atau perguruan tinggi hanya diajarkan mengenai bagaimana menanam teh yang baik, dan tidak diajarkan mengenai bagaimana meng-komersialkan teh tersebut. “Kita harus ajarkan ke anak-anaka kita. Buat dia senang menjadi pengusaha. Kalau tidak 25 tahun kedepan kita akan tetap menjadi negara kuli,” lanjutnya.
Dia mengusulkan agar pemerintah menciptkan gerakan nasional kewirausahaan. Bahkan, kalau perlu satu persen pendapatan negara dialokasikan khusus untuk pengembangan kewirausahaan nasional. Mengenai kerjasama pendidikan kewirausahaan dengan Nigeria, Pak Ci mengaku ingin menularkan ilmunya ke negara-negara lain di Asia dan Afrika. “Negara berkembang sangat butuh enterpreneurship untuk keluar dari kemiskinan,” tegasnya.
Nigeria, menurut Pak Ci, sangat tertarik mengadopsi konsep yang kewirausahaan untuk mengentaskan kemiskinan. Negara yang jumlah penduduknya 199 juta orang tersebut merupakan produsen minyak terbesar kedelapan dunia, akan tetapi pendapatan perkapitanya masih dibawah Indonesia. “Mereka ingin Universitas menjadi jalan untuk menyebarkan ilmu aplikatif menjadi enterpreneur. Yaitu untuk merubah suatu yang tidak bernilai menjadi sangat bernilai,” tegasnya.
Menurut Pak Ci, Nigeria mempunyai potensi mengubah negaranya menjadi lebih makmur. Meski luas daratan Nigeria hampir sama dengan Tiongkok, namun jumlah penduduknya hanya 20 persen dibanding negara tirai bambu itu. Di kawasan Afrika, lanjut Pak Ci, Nigeria adalah negara yang maju. “Potensinya hebat, dia tidak punya utang luar negeri. Penduduknya hanya seperempat Afrika, tapi dia menopang 50 persen perekonomian di Afrika,” tukasnya.