RI Negosiasi Semua Kontrak Ekspor Gas
Selasa, 17 Juni 2008 – 12:14 WIB
Demikian diungkapkan Staf Khusus Menteri ESDM Kardaya Warnika. Menurut dia, selain negosiasi kontrak gas Tangguh yang selama ini ramai diberitakan, pemerintah juga tengah berupaya melakukan renegosiasi ekspor gas ke Malaysia. ’’Pada dasarnya, kita akan bicara dengan semua pembeli gas,’’ ujarnya di Gedung Departemen ESDM Jakarta.
Saat ini, lanjut dia, salah satu yang sedang ditinjau ulang adalah kontrak eskpor gas ke Malaysia dari lapangan west natuna. ’’Kami nilai harganya cukup rendah,’’ tandasnya.
Eskpor tersebut dilakukan oleh operator lapangan west natuna, yaitu Premier Oil and Gas serta Conoco Phillips.
Menurut Kardaya, harga eskpor tersebut rendah karena menggunakan formula harga minyak dengan ceiling price atau patokan harga batas atas. Sehingga, meski saat ini harga minyak melambung hingga USD 130an per barel, harga gas tetap rendah karena dipatok. ’’Ceiling price-nya kalau tidak salah sekitar USD 25 per barel,’’ terangnya.
Mantan Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMigas) tersebut mengaku, tidak ingat detil harga dalam kontrak ekspor gas west natuna kepada pembeli di Malaysia.
Namun sebagai gambaran, ketika kontrak penjualan gas Tangguh ke pembeli Fujian, Tiongkok, masih menggunakan ceiling price harga minyak USD 25 per barel, maka harga ekspor gas hanya berkisar USD 2,4 - 3 per MMBTU. Padahal, dengan harga minyak di kisaran USD 130 per barel, harga pasar gas bisa mencapai USD 15 per MMBTU.