Riset Salesforce: Perusahaan di Indonesia Berlomba-lomba Terapkan AI
Hal itu terlihat dari 100% dari C-Suite di Indonesia yang menjadi responden meyakini bahwa hanya dalam waktu tiga tahun ke depan AI sudah bisa diandalkan untuk mengerjakan satu dari tiga pekerjaan seperti penulisan, memperhalus tulisan, serta bantuan untuk membereskan masalah IT karyawan sehari-hari.
Beberapa faktor kunci yang mendorong pengadopsian AI generatif meliputi adanya pengalaman pelanggan serta karyawan yang inovatif kepada pasar (49%).
"Selain itu, ekspektasi pelanggan untuk dihadirkannya pengalaman layanan yang makin cepat dan terpersonalisasi (46%). Sedangkan kebutuhan karyawan untuk menggunakan tools AI generatif (42%)," ungkapnya.
Lebih lanjut para C-Suite di Indonesia sangat optimistis perihal pengintegrasian teknologi AI generatif ke dalam bisnisnya, dan mereka juga melakukan aksi nyata agar langkah ini berhasil.
Sekitar 25% persen responden mengatakan bahwa CEO-lah yang memegang peran paling besar dalam keberhasilan integrasi AI generatif sekaligus pemberdayaan tim, diikuti oleh CIO/CTO (23%) dan kepala-kepala departemen (17%) dalam perusahaan.
C-Suite juga menyampaikan IT (41%) merupakan lini bisnis yang paling terdampak dengan adanya teknologi AI generatif, melebihi dampak yang akan dirasakan oleh bagian front-office, seperti customer service (32%), pemasaran (26%), serta penjualan (18%), meskipun sebetulnya merekalah yang berhadapan langsung dengan pelanggan.
Meski penggunaannya sudah meluas, 93% dari para C-Suite percaya bahwa masih ada beberapa faktor yang menghambat pengadopsian AI generatif dalam bisnis mereka.
"Faktor data menempati posisi yang cukup tinggi di antara beberapa faktor yang meliputi aksesibilitas dan inklusivitas (36%), pemanfaatan data pelanggan atau perusahaan yang belum cukup untuk melatih model AI (30%), hasil atau output yang kurang akurat oleh AI generatif (30%), dan biaya implementasi yang masih tinggi (29%)," jelas Iman.