Robin Lazendra, Anak Muda Penggagas Lahirnya Getfolks, Media Sosial Baru Asli Indonesia
Pakai Tulisan Tangan, Lebih Sulit DibajakSpopel yang masih berupa storyboard dan sedikit coding tersebut tidak berumur panjang. Apalagi, kemudian dua teman Robin memilih mundur dengan berbagai alasan. Namun, Robin tidak patah semangat. Dia terus mengembangkan gagasan awal itu.
"Saya tidak mau menyerah. Saya ingin ide dan konsep tersebut jadi dan bisa membanggakan bangsa Indonesia di dunia internasional," ucapnya.
Robin lantas mencari teman lagi untuk menyempurnakan medsos karyanya tersebut. Maka, masuklah Dewa Made Dita Partayoga, 24. Mereka berdua mengubah konsep awal itu menjadi Getfolks. Bergabungnya Dewa menghasilkan Getfolks versi awal dalam bentuk website.
"Hasilnya di luar dugaan. Kami dapat banyak hujatan. Ada teman yang bilang Getfolks 100 persen nggak laku kalau tidak mengikuti selera pasar," tuturnya.
Tampilan website versi awal yang didominasi warna biru dengan logo megafon besar juga dikritik. Malah, logo megafon itu dikira gambar kapak oleh teman-temannya.
Namun, sekali lagi, kritik tersebut tidak menyurutkan semangat Robin dan Dewa untuk terus ”menyempurnakan” karya yang sudah setengah jalan itu. Mereka justru terlecut untuk memperbaiki hal-hal yang masih kurang baik. Mereka kemudian ”menemukan” tambahan fitur berupa handwriting sebagai pendamping suara. Versi itu di-launching pada Oktober 2012.
"Tapi, untuk versi webnya terpaksa kami hentikan sementara pada akhir 2012 karena kami kekurangan tenaga," terangnya.
Maklum, saat itu orang-orang yang ingin terlibat di usaha rintisan tersebut belum-belum sudah menuntut bayaran yang tidak sepadan. Padahal, selama proses kelahiran Getfolks, seluruh biaya masih ditanggung kantong pribadi. Mereka kurang lebih sudah merogoh kocek hingga Rp 50 juta.