Rp 10 M untuk Normalisasi Jalan Ambles
jpnn.com, SURABAYA - Truk pengangkut pasir dan batu (sirtu) silih berganti berdatangan ke lokasi jalan Gubeng yang ambles. Wali Kota Tri Rismaharini meninjau lokasi masih dengan menggunakan kursi roda karena cedera kakinya belum sembuh kemarin (21/12).
Untuk meluaskan pantauan, Risma memanfaatkan sky drone. Pada hari pertama pengurukan Kamis (20/12), ada 47 truk yang menurunkan muatannya. Jumlah itu kini bertambah hampir 10 kali lipat. Tujuannya, perbaikan segera rampung sehingga salah satu ruas jalan utama di Surabaya itu bisa kembali dimanfaatkan. "Target minimal 400 truk tanah urukan yang datang setiap hari," kata Risma.
Untuk menutup lubang jalan tersebut, diperlukan 1.800 unit truk. Itu berarti dalam 3-4 hari, pengerjaannya rampung. Setelah itu, dibutuhkan waktu sekitar dua hari untuk proses overlay. Proses tersebut dikerjakan PT Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) selaku kontraktor yang proyeknya diduga sebagai penyebab amblesnya jalan itu.
Secara akumulatif, Risma menyebut seluruh pengerjaan bisa selesai dalam sepekan. Dia mengharapkan tidak ada kendala berarti kendati material sirtu didatangkan dari luar kota sehingga membutuhkan waktu untuk sampai di Surabaya. "Insya Allah, selesai tepat waktu. Kami upayakan maksimal," katanya.
Risma menyatakan, pengerjaan dilaksanakan selama 24 jam nonstop. Berdasar pantauan, sejumlah alat berat terus dioperasikan. Material sirtu diletakkan di area pinggir. Seluruh aktivitas kendaraan nonproyek dilarang mendekati lokasi.
Selain itu, Risma meminta pengambilan sampel tanah dengan alat soil test segera rampung. Petugas pengambilan sampel tanah sudah menyelesaikannya kemarin sore. Saat ini sampel tersebut diserahkan ke ITS untuk diteliti.
Sementara itu, Kepala Departemen Operasi PT NKE Hendri Noor mengatakan, recovery jalan tidak bisa diselesaikan dalam satu pekan. Target yang diminta Risma, menurut dia, sulit terlaksana. "Estimasinya tetap seperti rencana awal. Sepuluh hari," kata Hendri setelah hearing di Komisi C DPRD Surabaya kemarin.
Pengurukan tanah memerlukan waktu. Selain itu, tidak bisa terus-menerus dilakukan. Ada proses mendiamkan urukan tanah agar tidak ada rongga-rongga di dalamnya. Jika dipaksakan harus selesai semua tujuh hari, dia khawatir hasilnya tidak maksimal.