Rumah Milik Sandi Sute dekat Pantai Itu Rata dengan Tanah
’’Kalau anak saya, tadi dapat kabar sedang batuk gara-gara banyak debu. Waktu saya tanya kondisi lebih lanjut tidak bisa. Komunikasi terputus,’’ ujarnya.
Nah, dari percakapan singkat itu, dia baru tahu kalau rumahnya di Donggala rata dengan tanah. Rumah yang dibangunnya dekat pantai itu sudah tidak terlihat lagi wujudnya. Hanya tersisa puing-puing saja. ’’Kampung halaman semuanya hancur dan rata. Keluarga dari istri ada yang meninggal dua orang,’’ ucapnya.
Sebenarnya, Sandi ingin sekali pulang kampung menjemput anak bungsu dan keluarganya. Lantas mengajaknya tinggal bersama di Jakarta. ’’Rasanya ingin terbang ke sana. Tapi bagaimana lagi, bandara rusak parah landasannya, jalur darat juga rusak. Hanya bisa berdoa saja sekarang,’’ ujarnya.
Apa yang dialami Sandi juga dirasakan oleh kiper Kalteng Putra Fachri Abdi Ramadhan. Dia juga baru mendapat kabar dari sanak saudaranya kemarin siang. ’’Saat kejadian tidak ada yang bisa dihubungi. Semua tidak aktif, akhirnya saya inisiatif SMS satu persatu, agar bisa membalas ketika ada sinyal,’’ ucapnya.
Fachri pun bingung. Di tengah persiapan tim yang akan menghadapi Blitar United dalam lanjutan pertandingan Liga 2, dia harus memikirkan nasib kedua orang tua dan tiga adiknya. Mereka tinggal di BTN Baliase, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi. Lalu, nenek dan kedua adiknya tinggal di Kecamatan Tawaeli. ’’Apalagi yang di Tawaeli itu rumah saya dekat pantai,’’ ungkapnya cemas.
Dari kabar salah satu saudaranya, seluruh anggota keluarganya selamat. Termasuk orang tua, nenek, dan kelima adiknya. Semua saat ini sudah ada di pengungsian. ’’Tapi masih ada keluarga yang sampai saat ini belum bisa dihubungi. Belum tahu nasibnya bagaimana,’’ tuturnya.
BACA JUGA: Pascagempa dan Tsunami, Donggala Masih Hening
Jika Sandi dan Fachri baru kemarin siangmendapat kabar keluarganya selamat, Witan Sutan Sulaeman lebih beruntung. Pasca kejadian, selang beberapa jam dia bisa menghubungi keluarganya di Palu.