Rupiah Kembali Tergerus, Anggota DPR Curiga BI Raup Untung dari Selisih Kurs
“Supaya angka patokan tersebut bisa diterima pasar dan membangun kepercayaan pasar dan dunia usaha. Ternyata angka patokan rupiah yang dibuat Bank Indonesia sebesar 13.900 direspon negatif oleh pasar sehingga nilai rupiah makin terpuruk,” ulasnya.
Mantan pegawai di Kementerian Keuangan itu juga menilai kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sangat konvensional, feodal, tidak transparan karena dijalankan tanpa menerapkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Karenanya, sambung Misbakhun, sangat wajar apabila BI gagal menjalankan tugas utamanya untuk menjaga stabilitas nilai rupiah.
Lagi-lagi, Misbakhun mengingatkan pentingnya audit kinerja BI oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Ia khawatir cadangan devisi akan habis karena kebijakan BI yang tak tepat dan hasilnya nihil.
“Saya tidak akan berhenti untuk mendesak kepada DPR agar segera berkirim surat kepada Badan Pemeriksa Keuangan supaya segera melakukan audit atas kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjaga nilai tukar rupiah ini. Cadangan devisa negara tergerus, tapi pendapatan BI dari valas makin bertambah dan bertumpuk. Sebuah ironi yang harus disadari oleh seluruh elemen bangsa,” pungkasnya.(ara/JPG/JPNN)