Safari Harmoko
Pak Harmoko habis-habisan mengambil hati Pak Harto. Mulai dari prestasi sampai pidato-pidatonya. Di tahun kejatuhan Pak Harto itu pun Pak Harmoko-lah yang pertama melontarkan bahwa rakyat masih tetap menghendaki Pak Harto untuk terus menjabat presiden.
"Saya sudah keliling seluruh pelosok Indonesia. Semua rakyat menghendaki Pak Harto lagi," begitu kurang lebih kata-kata Pak Harmoko ketika itu.
Ternyata Pak Harto lebih memilih Pak B.J. Habibie sebagai wakil presiden. Pak Harmoko ''dibuang'' ke jabatan ketua DPR/MPR.
Lalu terjadilah reformasi itu. Pascareformasi, Pak Harmoko sangat pandai membawa diri: diam.
Tidak pernah bersuara. Tidak pernah tampil. Sekali saja beliau ingin ikut partai baru. Saya lupa namanya. Namun, tidak berlanjut. Diam lagi.
Saya masih beberapa kali bertemu beliau. Terakhir sekitar tiga tahun lalu. Beliau sudah sakit-sakitan. Jalannya sangat-sangat-sangat pelan. Namun, ingatan beliau tetap sangat baik. Dan encepan bibirnya masih khas Pak Harmoko. (Ada satu tokoh lagi yang kalau mencep sangat khas: Bu Mega).
Saya masih terus mengamati: bagaimana Pak Harmoko akan ditempatkan dalam sejarah Indonesia modern.
Ia dibenci kelompok anti-Soeharto pada zamannya. Ia dibenci keluarga Soeharto pada akhirnya. (*)