Salut! Inggris Stop Bantuan untuk Militer Myanmar
Selama ini mayoritas pemimpin negara di dunia masih sebatas mengecam. Baru Inggris yang memulai dengan tindakan nyata.
Di forum yang sama, PM Bangladesh Sheikh Hasina kembali mendesak dunia internasional bersatu menghentikan kekerasan di Myanmar dan menyelesaikan krisis yang mengakibatkan lebih dari 400 ribu warga Rohingya melarikan diri ke wilayahnya tersebut.
Dia tidak berkeberatan menampung mereka. ”Ada yang tanya bagaimana saya memberi makan orang Rohingya. Kau tahu, Bangladesh punya 160 juta penduduk. Kalau kami bisa menyediakan makanan untuk mereka, 700–800 ribu warga Rohignya tidak akan memberatkan,” tegasnya.
Hasina mengaku sudah pernah berkunjung ke kamp pengungsian di Cox’s Bazar. Situasi di sana mengingatkannya akan genosida terhadap penduduk Bangladesh pada Maret 1971.
Saat itu militer Pakistan membumihanguskan rumah-rumah orang Bengali, memerkosa ribuan perempuan dan membunuh mereka. Sepuluh juta orang akhirnya mengungsi ke India. Hampir serupa dengan nasib Rohingya saat ini.
Pemerintah Bangladesh rencananya membuat kamp baru yang bisa menampung sekitar 400 ribu pengungsi dalam sepuluh hari ke depan.
Tapi, hingga kemarin belum ada pembangunan. Beberapa pompa air juga sudah dipasang di berbagai titik sekaligus dibuatkan tempat untuk buang air.
United Nations Population Fund (UNFPA) ikut turun tangan dengan menerjunkan 35 bidan untuk membantu para pengungsi yang baru saja dan akan melahirkan.