Sambut Hari Santri 22 Oktober, Gus Jazil Ajak Masyarakat Menguatkan Nilai-Nilai Persatuan
Penduduk yang ada di Indonesia juga tersebar di ribuan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud hingga Pulau Rote.
“Perbedaan yang demikian sudah diselesaikan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan semangat ke-NKRI-an,” ujar Jazilul Fawaid.
Perbedaan yang dinamis saat ini menurut alumni PMII itu adalah perbedaan sikap politik dan pilihan. Perbedaan sikap politik dan pilihan menurutnya melintasi batas suku, agama, dan bahasa.
“Nah ini yang agak susah,” ujarnya sambil tersenyum.
Dirinya menegaskan meski berbeda sikap politik dan pilihan namun harus tetap mengedepankan nilai-nilai persatuan.
“Di masa menjelang dan saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia, di antara masyarakat juga ada yang berbeda sikap politik namun tetap mengedepankan kepentingan bangsa,” tegasnya.
”Menjelang kemerdekaan antara golongan yang disebut tua dan golongan yang disebut muda pun juga tak sama namun mereka tetap satu tujuan Indonesia merdeka,” tambahnya.
Bila masyarakat tetap mengedepankan nilai-nilai persatuan maka perbedaan suku, bahasa, agama, budaya, serta sikap politik dan pilihan tidak akan menjadi ancaman disintegrasi bangsa.
“Bila tetap mengutamakan Indonesia maka tidak akan ada yang mengancam memisahkan diri,” paparnya.
Pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu ingin nilai-nilai persatuan ada dalam hati dan jiwa seluruh rakyat Indonesia.
“Bila ada nilai persatuan maka ada Indonesia dan bila ada Indonesia maka ada nilai persatuan,” tegasnya.