Satgas Covid-19: Tak Perlu Kucing-kucingan, yang Menderita Justru Keluarga di Kampung
jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyadari mudik merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia jelang Hari Raya Idulfitri.
Namun, di tengah pandemi Covid-19 ini, harusnya masyarakat dewasa untuk menahan diri tidak pulang ke kampung halaman.
"Masyarakat juga harus paham ini dalam rangka kita menekan kasus Covid-19. Enggak ada gunanya kita kucing-kucingan. Belum tentu di daerah fasilitas kesehatan bagus seperti di Jakarta ketika lonjakan tinggi," kata Wiku dalam diskusi bertajuk Tanpa Mudik, Selamatkan Keluarga di Kampung yang diselenggarakan Satgas Penanganan Covid-19, Kamis (6/5).
Menurut Wiku, kebijakan larangan mudik diambil berdasarkan hasil kajian yang merujuk pada data pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Termasuk terjadinya lonjakan kasus Covid-19 ketika libur panjang tiba.
"Berdasarkan pengalaman yang lalu, bisa melonjak 100 persen," kata Wiku.
Wiku mengatakan, daerah atau kampung belum tentu memiliki fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang mumpuni seperti di Jakarta atau kota-kota besar lainnya.
Apabila terjadi lonjakan kasus, maka yang rugi ialah keluarga yang berada di kampung.
"Kami juga harus tegas bahwa kami hanya ingin menyelamatkan bangsa," kata Wiku.
Wiku mengatakan, Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 mengatur tentang penundaan mudik sejak 6-17 Mei 2021.
Namun, animo masyarakat untuk mudik masih tinggi dengan ditemukannya fenomena pulang kampung sebelum 6 Mei.
Karena itu, pemerintah mengeluarkan tambahan kebijakan, yakni pengetatan perjalanan yang berlaku mulai 22 April-5 Mei dan 18-24 Mei 2021. (tan/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?