Saya Dibohongi, Ada Penyanderaan
Dengan temuan baru ini, apa yang akan dilakukan KBRI?
Saya sudah tegaskan ke WNI yang mendapat perlakuan kasar, untuk menuntut perusahaan judi itu. Karena mereka korbannya. Pada Kapolda dan Jaksa, juga saya tegaskan. Nah, ini faktanya.
Awalnya, kepolisian Kandal itu juga tak tahu masalah ini. Pihak perusahaan menutupinya. Polisi tahu setelah baca media Indonesia berbahasa Inggris. Itupun belum mengambil tindakan sampai terungkap pengakuan dari warga kita ini. Saya langsung minta agar warga kita ini dilindungi.
Selain itu, pagi tadi (21/5), sekitar 30 menit sebelum anda datang wawancara, saya menghubungi kembali manager perusahaan judi. Pertama yang bicara ke mereka adalah pejabat konsuler. Tapi nada bicara si manager kasar. Langsung saya ambil alih. Saya bilang sama dia.'Saya marah atas penganiayaan yang dilakukan pada warga Indonesia. Anda sudah membohongi saya. Saya bicara sebagai wakil Pemerintah Republik Indonesia. Dan Indonesia tidak pernah takut meski perusahaan anda punya beking kuat,'. Eh kurang ajarnya, saat saya masih ngomong, telephonenya dimatikan.
Ini sudah keterlaluan. Biasanya saya sedikit menahan diri. Namun untuk kali ini, saya wajib bersikap keras.
Maka saya langsung minta staff menyusun surat nota protes secara resmi ke pemerintah Kamboja. Ditujukan pada Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Kapolri dan Jaksa Agung Kamboja. Sore ini akan saya tandatangani.
Dalam surat tersebut saya tuliskan, bahwa KBRI mengajukan protes keras atas tindak kekerasan dan penyanderaan yang dilakukan perusahaan judi di wilayah Kamboja.
Saya juga ungkap kembali, bahwa Pemerintah Indonesia sudah membantu menyelamatkan dan membebaskan 58 warga negara Kamboja, yang menjadi korban perbudakan di Benjina. Maka sudah sewajarnya pemerintah Kamboja turut membantu pembebasan 16 WNI.