Saya Lawan Terus Kanker Ini...
Dari satu camp ke camp tidak bisa langsung dalam satu jalan. Harus naik, turun, dan naik lagi untuk mengangkut peralatan dan perbekalan. Rata-rata dibutuhkan waktu dua bulan untuk pendakian tersebut.
Iqbal yang turut dalam rombongan itu tertarik dengan perjuangan dan semangat Ogun. Dia juga tertarik dengan proses penyembuhan seorang survivor kanker nasofaring stadium empat yang hobi naik gunung tersebut.
”Kanker nasofaring berkiatan dengan pernapasan. Nah, di puncak Gunung Everest itu udara tipis dan dingin,” kata pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DKI Jakarta itu.
Iqbal yang seolah menjadi dokter pribadi Ogun, dalam perjalanan ke Nepal kali ini, dia membawa peralatan emergency.
”Tantangannya, bagaimana kami bisa menjaga agar Ogun tidak mengalami hipotermia dan frostbite (radang dingin kronis),” jelas Iqbal.
Risiko itu bukannya tidak disadari Ogun. Tapi, dia siap menghadapinya. Bagi dia, menjadi pendaki gunung punya makna kontemplatif yang begitu dalam.
Bukan sekadar bangga setelah berhasil menaklukkan gunung. Tapi, bangga bisa menaklukkan diri sendiri.
”Yang ditaklukkan diri sendiri. Takut atau tidak. Mau lanjut atau tidak. Itulah tantangannya,” tutur Ogun. (*/c10/ari)