''Saya Lihat Mbah Marijan Pakai Batik''
Kamis, 28 Oktober 2010 – 06:26 WIB
Inginnya kembali lagi ke Kinahrejo. Tapi, dalam kondisi seperti itu, sudah tak memungkinkan lagi. Yang bisa saya lakukan saat itu adalah mengajak para warga yang masih berada di rumahnya agar mau turun. Saya melihat sejumlah warga bergerombol di pinggir jalan. Mereka terlihat bingung, antara akan turun atau tetap berada di kampungnya. Saya mendekati gerombolan warga itu dan saya ingatkan bahwa kondisi Merapi sudah sangat berbahaya.
Ada warga yang mengindahkan saran saya untuk turun, tapi ada juga yang mengabaikan. Mereka tak mau turun mungkin karena tak melihat Mbah Marijan ikut turun. Bagi sebagian warga, sosok Mbah Marijan masih sangat dihormati dan dijadikan panutan. Ketika Mbah Marijan memilih tetap berada di dalam rumahnya, ada warga yang menafsirkan bahwa mereka pasti akan selamat jika tetap tinggal di rumah.
Pukul 18.30, saya sudah tiba di barak pengungsian. Dalam perjalanan menuju tempat pengungsian itu, saya menyaksikan abu beterbangan. Saya sempat merasakan sesak napas karena abu terhirup hidung. Mata juga terasa perih.