Saya Saksikan Peristiwa Gedoran Depok dari Awal sampai Akhir
Eh, besoknya, tanggal 11 Oktober 1945 seluruh Depok dihancurkan. Kita mengungsi di rumah ipar saya di Jalan Bungur.
Sebelum pergi kabur mengungsi itu kebetulan saya yang keluar rumah belakangan. Waktu itu saya lihat opa disambit dengan batu besar. Tapi opa tidak kabur. Opa hanya menghindar. Batunya masih saya simpan dan dijadikan pondasi waktu bangun rumah pertama sesudah situasi benar-benar aman.
Di Jalan Bungur, kita kumpul di belakang rumah. Lalu datang pasukan. Semua disuruh buka baju. Yang laki-laki tinggal pakai celana kolor dan yang perempuan tinggal pakaian dalaman. Kami semua digiring ke stasiun (sekarang stasiun Depok Lama--red).
Bagaimana rombongan itu memperlakukan orang-orang Depok?
Hari itu, sore sekitar jam tiga. Di stasiun saya lihat ada yang rambutnya ditarik, matanya dicolok dan dilempar ke dalam sumur.
Saat itu juga ketika tahanan dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, Opa Muk mengamuk. Opa Muk ini orangnya besar. Badannya gemuk. Dia tidak mau ikut sama rombongan laki-laki yang dipisah dan dibawa ke Paledang, Bogor.
Akibatnya kepala Opa Muk dipukul pakai linggis. Opa Muk jatuh dan berusaha mengambil linggis itu. Namun Opa Muk malah kena hantam lagi di bagian lehernya, sehingga jatuh tak sadarkan diri.
Setelah rombongan laki-laki diberangkatkan ke Paledang naik kereta, kami yang rombongan anak-anak dan perempuan dikumpulkan di sekolah teknologi di belakang Gereja Pasundan, dekat stasiun (kini sekolah itu menjadi SD).